19 Agustus 2020
Sejarah Desa
Sejarah Desa Sumberdodol
Desa Sumberdodol,Desa yang terletak di Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan,Pada masa penjajahan Belanda,Desa Sumberdodol mulanya terdiri dari Tiga Dusun yaitu Dusun Ngablak,Dusun Blanten dan Dusun Metegal. Tapi sejak Tahun 1930 Desa Sumberdodol bertambah Satu Dusun yaitu Dusun Gelang. Dahulu Dusun Gelang ini merupakan desa kecil yang berada di sebelah Selatan Desa Sumberdodol. Desa Sumberdodol merupakan salah satu dari 16 desa dan 1 kelurahan yang terletak wilayah administrasi kecamatan Panekan kabupaten Magetan. Desa Sumberdodol memiliki 4 wilayah perdukuhan yakni wilayah Blanten ( RW 01 ),Metegal ( RW 02 ),Ngablak ( RW 03 ) dan Gelang ( RW 04 ), dan 22 Rukun Tetangga.
Desa Sumerdodol di Batasi oleh Desa sekeliling, yaitu:
Sebelah Utara : Desa Manjung
Sebelah Selatan : Desa Sidokerto
Sebalah Timur : Desa Tanjungsari
Sebelah Barat : Desa Tapak
Dusun Blanten
Cikal Bakal Dusun Blanten adalah seorang Kyai dari Daerah Mataram yang bernama Ki Ageng Yudo Kepek,seorang Kyai yang pandai di bidang Ilmu Keagamaan. Kedatangan Kyai tersebut di daerah ini untuk mengembangkan Agama Islam. Ketika Ki Ageng Yudo Kepek datang di kawasan ini,desa ini masih berwujud hutan. Sehingga terpaksa pendatang tersebut bekerja keras babat hutan,sampai menjadi tempat pemukiman yang berpenghuni banyak,orang-orang pada saat itu menyebut daerah tersebut sebagai Blantaran,dan terdiri dari daerah dataran tinggi dan rendah,daerah dataran tinggi disebut dengan Blantaran kulon sedangkan daerah yang rendah disebut dengan Blantaran wetan,seiring berjalannya waktu daerah Blantaran kulon perlahan mulai ditinggalkan penduduk dan berpindah di daerah Blantaran wetan sebab di daerah Blantaran Kulon kesulitan untuk mendapatkan air.Seiring berjalannya waktu pula penyebutan daerah Blantaran wetan berubah menjadi Blantan,dan sampai saat ini disebut menjadi Blanten.
Dusun Metegal
Dusun ini dahulu di ketuai oleh seorang Mpu ( tukang pembuat Keris ), yang konon katanya berasal dari Daerah Jawa Tengah.Pada saat dating ke daerah ini,Metegal masih berupa lahan yang terdapat banyak pohon-pohon liar, Setelah Mpu tersebut membenahi dan menata dengan baik lahan yang di babatnya ,maka pekerjaan membuat Keris yang menjadi keahliannya itu di mulai lagi. Banyak jumlah Keris yang sudah di buatnya di daerah situ. Salah satu andalan Kerisnya yang di buat di sebelah Timur Gunung Lawu ini dinamakan PUDAK SETEGAL. Keris ini konon mempunyai kekuatan mistis,dan dipercaya sebagai awal mula munculnya sumber air SENDANG saat keris tersebut ditancapkan pada sebuah punden dibawah sebuah pohon,yang sampai saat ini sumber tersebut masih mengalir,Karena kelebihan gaib keris yang dibuatnya inilah maka Mpu tersebut manamakan Daerah ini METEGAL,yakni dari Kata Setegal berubah ucap menjadi Metegal. Akhirnya menjadi nama Dusun Metegal sampai sekarang ini.Masyarakat sekitar juga mempercayai apabila sepasang pengantin baru diberi minum serta membasuh wajahnya dari air sumber sendang tersebut,kehidupan pernikahan mereka akan langgeng.
Dusun Ngablak
Dusun ini terletak di kawasan yang sangat strategis . berada di kawasan yang lebih tinggi daripada kawasan-kawasan yang lain. Sehingga apabila dilihat dari arah mana saja akan tampak jelas. Dalam bahasa Jawa katon “ Sumeblak”. Itulah sebabnya daerah ini dinamakan NGABLAK,akhirnya menjadi nama Dusun Ngablak sampai sekarang ini. Namun tidak diketahui dengan jelas siapa yang menjadi Cikal Bakal Dusun Ngablak ini.
Dusun Gelang
Dahulu di sebelah selatan Desa Sumberdodol ini ada sebuah desa kecil yang Bernama Dusun Gelang. Tetapi tidak diketahui siapa yang memimpin desa kecil ini. Hanya beberapa orang yang menghuni desa kecil ini. Karena letaknya terpencil menyendiri,maka oleh pemerintah penjajah Belanda pada waktu itu tepatnya pada tahun 1930,desa Gelang yang terpencil ini digabung menjadi satu dengan Desa Sumberdodol dan menjadi satu dukuhan yang masuk wilayah kekuasaan desa Sumberdodol. Dengan demikian yang semula bernama Desa Gelang ,berubah menjadi Dusun Gelang.Nama Gelang sendiri diperoleh dari cerita sejarah saat Prabu Brawijaya V yang singgah di daerah ini saat perjalanan akan mukso di Gunung lawu,beliau dikejar oleh beberapa orang dan bertarung di daerah tersebut sehingga Gelang kaki yang beliau kenakan terlepas,mendengar hal tersebut,banyak masyarakat yang mencari keberadaan gelang tersebut,bahkan masyarakat dari luar daerah,yang menanyakan daerah jatuhnya Gelang tersebut,sehingga disebutlah daerah itu dengan nama Gelang.
Nama Sumberdodol
Salah satu dari empat dusun ini yakni Dusun Blanten memiliki tempat yang banyak mata airnya. Sehingga air yang keluar dari sumber-sumber tersebut sangan besar. Di sekitar sumber air yang besar itu terdapat bermacam macam hasil bumi, bermacam-macam tanaman yang dibutuhan oleh masyarakat setempat dan juga tersedianya tempat untuk jualan ( Bahasa Jawanya Ono panggonan gawe DODOLAN ) semacan pasar disekitar sumber tersebut,dan menjadi tempat berputarnya perekonomian sehingga hampir setiap harinya menjadi pusat keramaian,bukan hanya masyarakat sekitar tapi juga dari luar daerah. Belum diketahui pasti bagaimana nama Sumberdodol sendiri tercipta,namun dari berbagai sumber dari sesepuh desa mengatakan saat itu masyarakat setempat mengkait-kaitkan atau menghubung-hubungkan keadaan daerahnya yakni ada SUMBER yang cukup cukup banyak dan di dekat sumber ada orang-orang yang berjualan ( Jawa DODOL ). Karena dengan keadaan kawasan yang demikian itulah maka daerah itu dinamakan SUMBERDODOL,gabungan dari kata SUMBER dan kata DODOL yang akhirnya dijadikan nama Desa SUMBERDODOL sampai sekarang ini. Tetapi pasar yang dianggap paling besar pada saat itu sekarang sudah tidak ada lagi karena lahannya di bangun menjadi Balai desa serta Kantor Desa Sumberdodol sekarang ini. Dan pasar Desa tersebut dipindah ke Dusun Metegal dengan nama baru Pasar Sendang,yang letaknya juga berdekatan dengan sumber mata air Sendang.
Sedangkan nama – nama pemimpin Desa Sumberdodol secara berturut- turut yang diketahui adalah:
No.
Nama
Periode
1.
Suro Bakrak
Sebelum Tahun 1928
2.
Mangun Harjo
1928 – 1942
3.
Suparman
1942 – 1989
4.
Suparno
1989 – 1998
5.
Widodo Sedyanto
1998 – 2006
6.
Suparmin
2006 – 2013
7.
Suparmin
2013 – 2019
8.
karyono
2019 - Sekarang
Adat Istiadat
Sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat limpahan sumber daya air dan alam yang melimpah,serta melestarikan kebudayaan peninggalan leluhur,masyarakat mmempunyai kebiasaan adat yaitu DAWUHAN,atau bersih desa,yang dilakukan setiap bulan suro/muharram,kegiatan berupa membersihkan semua lokasi sumber mata air secara bersama-sama,dan ditutup dengan selamatan/tasyakuran,setelah itu dilaksanakan pagelaran wayang kulit yang dipercaya untuk ngruwat / membersihkan desa dan menjauhkan dari malapetaka.